Militer China berisiko mengalami kekalahan andai
terlibat perang dan menanggung ribuan malu pada dirinya sendiri jika
tidak melakukan reformasi. Demikian peringatan dari koran resmi Angkatan
Darat Militer China, Jumat (11/12/2015).
Militer China diingatkan untuk memodernisasi senjatanya yang dianggap tertinggal dengan negara-negara asing yang sudah maju.
Presiden China, Xi Jinping, telah meluncurkan reformasi awal di tubuh militer pada bulan lalu. Dia mencari format perampingan dari struktur komando angkatan bersenjata terbesar di dunia dengan risiko membuat banyak personel militer kehilangan pekerjaan. Hal itu perlu dilakukan demi memenangkan “perang modern”.
Presiden Xi bertekad untuk memodernisasi peralatan militer China di saat negara itu terlibat sengketa atas klaim Laut China Timur dan Laut China Selatan.
Angkatan Laut China telah berinvestasi di bidang kapal selam dan kapal induk. Sedangkan angkatan udara China sedang mengembangkan pesawat jet tempur siluman. Reformasi itu telah dimulai pada bulan September bersamaaan dengan pengumuman Presiden Xi bahwa dia akan memangkas jumlah tenaga layanan militer higga 300 ribu personel.
Kebijakan Presiden Xi itu memicu kontroversi. Kubu oposisi mengkritik reformasi tersebut karena menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan.
Media resmi militer China, People's Liberation Army Daily, menerbitkan komentar panjang dari pihak Komando Militer Chongqing. Pihak komando mengatakan, sejak reformasi dimulai, militer China berhasil mempersempit kesenjangan dengan rekan-rekan negara maju. Namun, reformasi itu diminta terus ada.
”Tapi, secara umum, tingkat modernisasi militer kita tidak sepadan dengan kebutuhan keamanan negara berkembang terbesar di dunia dan ada kesenjangan dengan militer canggih di dunia,” tulis media militer China itu mengutip pihak Komando Militer Chongqing.
“China memiliki terlalu banyak tingkatan komando, efektivitas tempur jadi mundur dan terlalu banyak lapisan birokrasi,” lanjut kritikan media militer itu. ”Ini secara langsung berdampak pada kendala militer kita dalam mencoba untuk meningkatkan kemampuan untuk memenangkan pertempuran.”
”Melihat situasi secara luas, apakah angkatan bersenjata membawa kemuliaan atau kehinaan pada akhirnya bertumpu pada dasar kekuasaan negara dan kekuatan militernya. Jika tidak ada reformasi, sesuatu saat terjadi dan angkatan bersenjata tidak bisa menang, maka mereka akan dihukum selama berabad-abad,” imbuh kritikan media militer itu. (Sindonews)
Militer China diingatkan untuk memodernisasi senjatanya yang dianggap tertinggal dengan negara-negara asing yang sudah maju.
Presiden China, Xi Jinping, telah meluncurkan reformasi awal di tubuh militer pada bulan lalu. Dia mencari format perampingan dari struktur komando angkatan bersenjata terbesar di dunia dengan risiko membuat banyak personel militer kehilangan pekerjaan. Hal itu perlu dilakukan demi memenangkan “perang modern”.
Presiden Xi bertekad untuk memodernisasi peralatan militer China di saat negara itu terlibat sengketa atas klaim Laut China Timur dan Laut China Selatan.
Angkatan Laut China telah berinvestasi di bidang kapal selam dan kapal induk. Sedangkan angkatan udara China sedang mengembangkan pesawat jet tempur siluman. Reformasi itu telah dimulai pada bulan September bersamaaan dengan pengumuman Presiden Xi bahwa dia akan memangkas jumlah tenaga layanan militer higga 300 ribu personel.
Kebijakan Presiden Xi itu memicu kontroversi. Kubu oposisi mengkritik reformasi tersebut karena menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan.
Media resmi militer China, People's Liberation Army Daily, menerbitkan komentar panjang dari pihak Komando Militer Chongqing. Pihak komando mengatakan, sejak reformasi dimulai, militer China berhasil mempersempit kesenjangan dengan rekan-rekan negara maju. Namun, reformasi itu diminta terus ada.
”Tapi, secara umum, tingkat modernisasi militer kita tidak sepadan dengan kebutuhan keamanan negara berkembang terbesar di dunia dan ada kesenjangan dengan militer canggih di dunia,” tulis media militer China itu mengutip pihak Komando Militer Chongqing.
“China memiliki terlalu banyak tingkatan komando, efektivitas tempur jadi mundur dan terlalu banyak lapisan birokrasi,” lanjut kritikan media militer itu. ”Ini secara langsung berdampak pada kendala militer kita dalam mencoba untuk meningkatkan kemampuan untuk memenangkan pertempuran.”
”Melihat situasi secara luas, apakah angkatan bersenjata membawa kemuliaan atau kehinaan pada akhirnya bertumpu pada dasar kekuasaan negara dan kekuatan militernya. Jika tidak ada reformasi, sesuatu saat terjadi dan angkatan bersenjata tidak bisa menang, maka mereka akan dihukum selama berabad-abad,” imbuh kritikan media militer itu. (Sindonews)
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik & sopan