Siapa yang tak kenal minyak? siapa yang tak butuh minyak? dan siapa tak ingin membeli minyak dengan harga yang murah?
Semua orang pasti mengenal yang namanya minyak, apalagi akhir-akhir ini
minyak semakin jadi sorotan dunia karena potensi minyak yang terlalu
vital dalam mempengaruhi pergerakan ekonomi dunia. Semua orang pun butuh
minyak untuk kebutuhan sehari-harinya, baik itu untuk kebutuhan
perorangan sehari-hari,untuk kebutuhan peridustrian/pabrik, kendaraan
bermotor, penerbangan, dan berbagai aspek yang lain tak luput dari fakta
pentingnya potensi minyak dalam kebutuhan sehari-hari. Bila
harus di suruh memilih beli barang yang sama/minyak dengan harga mahal
atau murah, pasti semua orang tak ingin membeli dengan harga yang mahal
untuk barang yang sama fungsinya. Karena tanpa kemunafikan semua orang
pasti ingin mendapatkan/membeli sesuatu dalam harga yang murah, bahkan
kalau bisa semua orang pasti ingin mendapatkannya secara gratis. Itulah
yang menyebabkan banyak negara-negara dunia mulai melirik &
mendatangi kawasan-kawasan penghasil minyak.
Mengenal Kawasan Timur Tengah
Kawasan
Timur Tengah adalah kawasan yang memiliki potensi minyak yang sungguh
berlimpah, banyak negara-negara penghasil minyak disana seperti Irak,
Iran, Mesir, Syriah, Libya, dll.
Kawasan
Timur Tengah merupakan sebuah kawasan yang sesungguhnya masih
kontroversial, begitu pula mengenai penyebutannya. Goldsmith Jr. dan
Davidson (2006, 6-7) menjelaskan secara logis mengenai penyebutan
‘middle east’, ketika ‘east’ hanyalah sebutan para bangsa Eropa, yaitu
Italia dan Perancis. Akan tetapi kemudian, kawasan ‘east’ tersebut
merupakan ‘west’ bagi India dan Cina.
Dari gambaran
awal inilah sejarah kawasan Timur Tengah berawal, dengan konstruksi pola
pemikiran Barat. Sesungguhnya sebutan yang pantas bagi kawasan ini
adalah ‘the Old World’ (Goldsmith Jr & Davidson 2006, 6-7). Hal
ini disebabkan karena kawasan Timur Tengah merupakan persilangan dan
asal muasal beberapa peradaban dunia. Seperti persilangan antara
kebudayaan Asia, Afrika, dan Eropa. Disebelah Timur Teluk Persia
merupakan pusat Peradaban Sumeria, sedang di kawasan Barat Laut Merah
adalah pusat Peradaban Mesir Kuno, dan yang terakhir adalah kawasan
Turki di Utara yang berbatasan langsung dengan Eropa dan terpisah oleh
Selat Bosporus. Kawasan Timur Tengah juga disebut sebagai ‘land of the
seven seas’. Kawasan Timur Tengah terdiri dari 13 negara yang berada
di Jazirah Arab. negara-negara tersebut antara lain Saudi Arabia, Yaman,
Oman, Bahrain, Jordan, Kuwait, Irak, Iran, Syria, Lebanon, Qatar,
Palestina dan Israel.
Sebenarnya seberapa luas cakupan
kawasan yang dinamakan Timur Tengah juga lebih dari Semenanjung Arab.
Masih ada kawasan di Afrika Utara yang juga menjadikan dirinya berada
dalam lingkup kebudayaan Timur Tengah. Seperti Mesir, Libya, Tunisia,
dan Maroko. Berdasarkan pemaparan yang pernah dilakukan oleh Hamid Al
Hadad (2013), kawasan Timur Tengah terbagi menjadi dua, yakni Kawasan
Arab Masyriki atau Arab Timur, yang terdiri negara-negara semenanjung
Arab, yang dapat diamati dari cara berpakaiannya yang menggunakan jubah
dan tudung. Kemudian Kawasan Arab Maghribi atau Arab Barat, yang terdiri
dari negara-negara yang berada di Afrika Utara, hingga sepanjang timur
Laut Mediterania, seperti Palestina, Lebanon, Syria, hingga Turki, yang
dapat diamati dari penggunaan pakaian yang lebih moderat, yaitu dengan
menggunakan jas pada umumnya.
Mendeksripsikan suatu
wilayah tidak bisa dilepaskan dari unsur-unsur geografis yang ada pada
umumnya. Penulis akan mendeskripsikan dan menganalisis Kawasan Timur
Tengah dalam dua bagian, pertama dari sudut pandang geografis pada
umumnya, dan kedua dari sudut pandang secara politik. Beberapa unsur
geografis wilayah, terdiri dari iklim, sumber daya, keberagaman
penduduk. Iklim kawasan Timur Tengah sebagian besar adalah kering dan
panas, akan tetapi beberapa kawasan juga masih mendapat curah hujan.
Pola kehidupan penduduknya pun juga terbagi menjadi dua bagian, pola
nomaden dengan berburu dan meramu makanan, khususnya di wilayah padang
pasir dan pegunungan, juga pola hidup dengan menetap dan bertani, hal
ini berdasarkan penemuan desa agrikultur tertua dunia di pegunungan
Anatolia, Turki (Goldsmith & Davidson 2006, 8). Sumber Daya
Alam, kawasan Timur Tengah yang dapat diperbaharui sangatlah minim,
seperti hutan-hutan yang telah mengalami deforestasi besar-besaran.
Satu-satunya sumber energi yang terbaharukan bagi Timur Tengah adalah
energi sinar matahari apabila di maksimalkan.
Kendati
pun miskin akan sumber daya alam yang terbaharukan, namun kandungan
sumber daya minyak bumi begitu melimpah di kawasan ini, sehingga menjadi
berkah sekaligus kutukan bagi negara-negara di kawasan. Namun,
eksploitasi sumur-sumur minyak baru berjalan secara masif pasca tahun
1945. Dari unsur keberagaman penduduk. Kawasan Timur Tengah juga
memiliki keberagaman pola hidup yang cukup tinggi, keberagaman ini juga
disebabkan oleh bentuk Timur Tengah yang terdiri dari gunung, dataran,
lembah, dan gurun. Akan tetapi di beberapa wilayah yang terisolir, baik
oleh kondisi geografis dan rawan badai, menghasilkan etnis minoritas di
Timur Tengah, seperti yang terdapat di Lebanon (Goldsmith &
Davidson 2006, 10).
Setelah membahas Timur tengah dari
sudut pandang geografis pada umumnya, penulis akan membahas posisi
strategis Timur Tengah dalam geopolitik dunia. Kawasan Timur Tengah
merupakan kawasan yang memiliki posisi strategis, baik untuk jalur
perdagangan juga cadangan minyak yang cukup menggiurkan. Era setelah
kejatuhan Uni Soviet, telah menandai era keterbukaan dan kemenangan dari
liberalisasi. Sehingga Amerika Serikat yang dikatakan sebagai
‘pemenang’ berkepentingan untuk ‘membebaskan’ negara-negara yang menutup
dirinya. Salah satu yang populer adalah adanya istilah ‘Oil
Geopolitics’ yaitu ketika Amerika Serikat menaruh perhatian khusus di
Timur Tengah. Hingga pada akhirnya melakukan intervensi militer terhadap
Irak, dengan bantuan Inggris, dengan dalih menyelamatkan Kuwait. Minyak
telah memegang peranan kunci dalam pelaksanaan kepentingan ekonomi
negara-negara besar pada masa neoliberal, sehingga apabila suatu negara
yang kaya akan sumber daya minyak memberlakukan emnargo maka jelas akan
mengganggu perekonomian dunia. Pada kenyataannya Timur Tengah meyimpan
banyak cadangan minyak dan gas alam yang menjadi penarik tersendiri bagi
Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perusahaan
pengeboran minyak milik Amerika Serikat yang mengelola sumur-sumur
minyak Irak pasca invasi yang dilakukannya pada masa Perang Teluk tahun
1990, seperti Chevron dan Exxon yang menandai suppremasi Amerika Serikat
atas sumber-sumber minyak di Irak (Roberts et al t.t, 888). Dengan
demikian Timur Tengah memiliki posisi strategisnya tersendiri dengan
kepemilikan minyak, bahkan hingga hari ini perebutan mengenai sumber
daya minyak masih terjadi.
Awal Mula Mencetusnya Perang dibalik Minyak
Melimpahnya
kawasan-kawasan minyak di timur tengah memicu perebutan untuk
menguasainya, hingga muncul suatu kelompok militan yang menamakan
dirinya ISIS (Islamic State in Iraq & Syria), Dari sinilah titik
awal Perang di balik minyak dimulai.
Banyak
orang mulai mempertanyakan tujuan utama kehadiran kelompok ISIS ini,
siapakah kelompok ISIS itu? Dari mana asal mula kelompok ini didirikan?
Kenapa kelompok ISIS membuat perang & kerusakan di kawasan timur
tengah? negara manakah yang mendukung pembentukan ISIS? Dan dari
manakah ISIS mendapatkan peralatan tempur/persenjataan-persenjataan
militer..? Untuk keterangannya baca di sini
Kelompok yang mengatasnamakan sebagai Negara Islam ini mengaku ingin menguasai dunia dengan melakukan perperangan/jihat dijalan yang benar atas nama tuhan, namun itu hanyalah Trick/modus/alasan belaka. Dibalik motif perang ISIS sebenarnya ada maksuk tersembunyi yaitu ingin menguasai kilang-kilang minyak untuk meraup keuntungan pribadi. Kelompok ISIS ini tak henti-hentinya menyebarakan peperangan yang mengakibatkan pertupahan darah, penjajahan, penyandraan, dan berbagai kekejaman sosial lainnya. Hali itu tentunya sangat bertolak belakang dari ajaran islam cinta damai tanpa kekerasan maupun pertumpahan darah yang bisa mengakibatkan kedzaliman.
Namun
ISIS terus berupaya merekayasa & mencuci otak semua orang agar
mengikuti aliran sesatnya. Dibalik perang ISIS untuk menguasai
kilang-kilang minyak, rupanya ISIS memperdagangkan/menjual secara ilegal
hasil minyaknya dengan harga yang murah untuk meraup keuntungan yang
besar & memperkuat perkonomiannya. Tak hanya menjual minyak
secara ilegal, ISIS juga secara biadap menjual wanita - wanita
tawanannya untuk mendapatkan uang.
Keberadaan
ISIS tidak hanya membahayakan dari segi keamanan, tetapi juga dari
ekonomi suatu negara. Negara yang merasakan dampak langsung ekonomi
akibat keberadaan ISIS adalah Irak & Syria.
Akibat
keberadaan ISIS, industri minyak mentah Irak berada dalam kondisi
terjun bebas. Menurut Kementerian Perminyakan Irak, tindakan ISIS di
Irak telah menyebabkan bahaya yang sangat serius terhadap industri
minyak Irak. Bayangkan saja, industri minyak Irak harus kehilangan
hingga 400 ribu barel minyak setiap hari.
"ISIS
menghancurkan perusahaan minyak Irak dan menyebabkan kerusakan pipa-pipa
minyak Irak yang diperkirakan mencapai miliaran dolar. Irak telah
kehilangan 300.000-400.000 barel minyak setiap hari karena ISIS," kata
juru bicara Kementerian Perminyakan Irak, Assem Jihad seperti dilansir
dari Sputnik, Kamis (29/10/2015).
"Jihad
menekankan, milisi ISIS telah mencuri minyak dari ladang minyak Irak
dan menjualnya dengan harga yang lebih rendah di luar negeri. Dia juga
memperingatkan, mereka yang membeli minyak hasil curian ISIS akan
menghadapi tuntutan kriminal di tingkat internasional". kata
juru bicara Kementerian Perminyakan Irak
ISIS
memang diduga meraup keuntungan dari hasil penjualan minyak mentah.
Pasalnya, mereka berhasil menguasai sejumlah ladang minyak yang ada di
Irak dan Suriah. Kelompok militan ISIS dikabarkan mendapatkan pemasukan
setidaknya hingga USD50 juta per bulan dari penjualan ilegal minyak
mentah dari ladang minyak yang berhasil mereka kuasai. Kelompok
ekstrimis ini menjual emas hitam/minyak dengan harga yang sangat rendah.
Menurut anggota komite energi parlemen Irak dan mantan Menteri Peminyakan Irak, ISIS telah melakukan penyulingan minyak mentah hingga 30.000 barel per hari dari ladang minyak di Suriah. Sedangkan di ladang minyak Irak, mereka mampu menyuling minyak mentah hingga 10.000-20.000 barel per hari.
Untuk diketahui, ISIS menguasai 253 sumur minyak di Suriah dimana 161-nya telah dioperasionalkan. Mereka juga mempunyai 275 insinyur dan 1.107 pekerja terlibat dalam pemeliharaan sumur minyak tersebut. Mereka bahkan diyakini telah mempekerjakan seorang pejabat senior perusahaan minyak Irak.
Secara keseluruhan, ISIS mampu mengantongi USD40-50 juta per bulan dari hasil penjualan minyak. Bahkan laporan dari Diwan al-Rakaaes ISIS, sejenis Kementerian Keuangan, pada bulan April lalu mereka memperoleh sekitar USD46.700.000.
Sedangkan menurut seorang pejabat Departemen Keuangan Amerika Serikat, Daniel Glaser, pendapatan ISIS dari perdagangan minyak ilegal mereka mencapai USD500 juta per tahun.
Laporan
mengenai kegiatan sumber keuangan ISIS ini bukan yang pertama kalinya.
Sebelumnya, situs Financial Times juga menyatakan jika ISIS menyimpan
dana hingga ratusan juta dolar dari bisnis perminyakan ini.
Mulai Turunnya/Ikut Campur Negara Lain Di Suriah
Amerika
serikat dinilai sebagai negara pertama yang mulai ikut campur dalam
perang di timur tengah, ini bukan pertama kalinya Amerika ikut campur
dalam perang di timur tengah, dalam perang/krisis ukraina, Amerika juga
pernah melibatkan diri dalam peperangan. Rusia menuding serangan militer
Amerika untuk memerangi ISIS di Irak & Suriah tidak membuahkan
hasil sama sekali. Rusia menganggap Amerika hanya pamer kekuatan militer
saja di Irak & Syria tanpa mampu mengalahkan/memukul mundur
ISIS dari Irak & Suriah. Hal ini membuat Rusia geram pada
Amerika yang hanya pamer aksi militer saja, kemudian Rusia pun mulai
ikut campur/turun tangan mengerahkan pasukan militernya untuk membasmi
ISIS di Iraq & Syria.
Amerika
Serikat yang menganggap sebagai negara pemimpin dunia ini rupanya tak
terima dengan tudingan Rusia yang telah menganggap kekuatan militernya
di Irak & Syria hanyalah main-main tanpa keseriusan memerangi
ISIS. Amerika menganggap serangan Militer Rusia untuk melawan ISIS di
Irak & Syria itu terlalu berlebihan & banyak membuat
kehancuran maupun korban masyarakat sipil. Amerika bahkan menuding Rusia
menjadi penyebab utama konflik perang di Suria makin parah saja.
Amerika meminta Rusia untuk tidak ikut campur perang di Suriah &
menyuruh president Suriah mengundurkan diri dari jabatannya agar perang
di Suriah tak semakin parah.
Rusia
tak menghiraukan himbauan Amerika agar tidak ikut campur dalam perang
melawan ISIS di Iraq & Syria, bahkan semakin mendukung rezim
Assad dalam memperkuat pasukan militernya untuk memerangi ISIS.
President Syria Bashar Al Assad menyambut baik bantuan dari Rusia dan
menolak keputusan amerika yang memerintahkan Assad untuk mundur dari
jabatannya sebagai president Syria. Pasukan Syria kepemompinan Assad
& Rusia pun mulai menggempur pasukan-pasukan ISIS.
Melihat
serangan Rusia di timur tengah yang dinilai semakin brutal, Amerika
bersama koalisi NATO kembali menunjukkan kekuatan militernya di medan
perang Iraq & Syiria, berbagai peralatan & pesawat
tempur mulai unjuk kehebatan. Namun hal itu tak membuat Rusia takut pada
kekuaatan militer Amerika maupun negara-negara NATO yang bergabung
untuk bersaing kehebatan militer di Irak & Suriah. Persaingan
dua negara Super Power/Adi Daya ini pun semakin menunjukkan
kehebatan/kemampuan militer yang di milikinya.
Entah
sengaja atau tidak, Turki menembak pesawat Rusia yang saat itu
bertujuan membantu Suriah untuk membasmi ISIS. Turki mengklaim pesawat
Rusia telah melintasi/memasuki batas wilayah Turki tanpa ijin &
tidak mendengarkan peringatan dari Turki, hingga Turki menembak jatuh
pesawat Rusia tersebut. Namun Rusia membantah bahwa ada peringatan dari
Turki, Rusia mengklaim Turki memang sengaja menembak jatuh pesawat
Rusia. Dari sinilah perdebatan Turki dengan Rusia mulai terjadi, apalagi
pernyataan Amerika yang membela/mendukung Turki untuk menembak pesawat
Rusia semakin membuat Rusia semakin geram/marah & tak sepaham
dengan Turki maupun Amerika. Rusia bahkan mengklaim akan membalas Turki
yang menyatakan akan ganti Menembak pesawat turki yang berani
melintasi/melewati perbatasan Syria.
ISIS
pun mulai menarik perhatian dengan melakukan serangan bom ke Paris
dengan tujuan agar Prancis dan sejumlah negara lainnya ikut bergabung
dalam medan perang di timur tengah untuk melakukan serangan militer
melawan ISIS ke Iraq & Syria. Tentu saja ISIS bertujuan agar
negara-negara lain terpancing ikut dalam pertempuran di timur tengah
dengan semakin kacau/panasnya kondisi Irak & Suriah. Mulanya
Prancis & Jerman sempat terpacing dengan mengerahkan pasukan
militernya ke timur tengah untuk memerangi ISIS di Iraq & Syria,
namun itu hanya berlaku beberapa saat, kemudian Jerman &
Prancis pun mulai mengurangi keterlibatannya dalam perang di Iraq
& Syria yang dinilai bisa menambah banyak korban tak bersalah
yang menderita & mati atas perang di Iraq & Syria.
Amerika
menuding Iran dan Rusia telah membantu ISIS dan berkerja sama dalam hal
minyak, tentu saja Rusia dan Iran membantah tuduhan Amerika tersebut.
Rusia justru menuduh balik bahwa ISIS menjual minyak secara ilegal
kepada Turki & Amerika. Iran sendiri mengklaim bahwa Amerika
terlalu egois & selalu merasa benar. Apalagi atas sanksi/hukuman
yang di jatuhkan Amerika berkali-kali kepada Iran yang se-enaknya
sendiri. Tentu saja hal itu makin membuat Iran geram kepada Amerika.
Meskipun
ISIS selalu menyatakan akan selalu melakukan perang/jihat atas nama
agama islam, tapi ISIS tidak pernah sekalipun menyatakan perang terhadap
Israel, padahal menurut agama islam tindakan kedzaliman Israel terhadap
warga negara palestina & Gaza selama ini sungguh keterlaluan
dari segi sosial, moral, dll. Tapi ISIS sama sekali tidak akan berperang
terhadap Israel. Demikian pula sebaliknya, Israel tidak akan pernah
perang/melawan ISIS. Menurut Israel bahwa Iran lebih patut diperangi
daripada ISIS karena menurutnya Iran lebih berbahaya dari pada ISIS.
Lalu apakah hubungan ISIS & Israel? Kenapa ISIS & Israel
tidak pernah berkeinginan untuk saling memerangi meski apapun yang
terjadi?
Munculnya perang ISIS sebagai pemicu pertama Dampak Kecicuhan Minyak
Dunia, Arab Saudi pun Mulai mendirikan Negara Koalisi/Gabungan Islam di
seluruh dunia untuk memerangi ISIS. Mulanya, prancis, Indonesia, dan
sejumlah negara lainnya mendukung koalisi bentukan Arab Saudi ini, namun
Indonesia, prancis dan sejumlah negara lainnya mulai meragukan motif
koalisi Arab Saudi & tidak jadi bergabung dengan Negara
koalis/gabungan yang dibentuk Arab Saudi tersebut karena tujuan Arab
saudi yang dinilai tidak jelas & mengarah pada kepentingan Arab
Saudi sendiri, terutama dalam tujuan membantu kepentingan Arab Saudi
untuk berperang melawan Yaman.
Munculnya Dampak Minyak & Sejumlah Negara Mulai Melirik Raja Minyak
Arab
Saudi & Iran merupakan raja minyak/negara penghasil minyak
terbesar di dunia. Tentu saja karena kondisi alam di timur tengah yang
kaya akan minyak/banyak kawasan-kawasan minyak yang berlimpah disana
dibandingkan kawasan-kawasan minyak dari negara lain yang butuh biaya
produksi mahal untuk menghasilkan minyak. Sepertinya sumur-sumur minyak
di timur tengah memang tak pernah mengering, bahkan saat sumur-sumur
minyak di Indonesia mulai nyaris mengering pun sumur-sumur minyak di
Iran justru semakin penuh membanjiri/berlimpah.
Namun
hubungan Arab Saudi & Iran semakin memanas saat peristiwa
banyaknya korban jiwa yang berjatuhan saat musim haji, dan sebagian
besar korban yang meninggal dunia adalah warga negara Iran. Arab Saudi
mengklaim bahwa jema'ah haji dari Iran susah diatur & seenaknya
sendiri. Sedangkan Iran menuding Pemerintahan Arab Saudi tidak mampu
mengelolah tanah suci sebagai tempat ibadah haji dari orang-orang muslim
dunia. Jatuhnya banyak korban jiwa dari berbagai kewarganegaraan di
dunia itu juga di klaim sebagai ulah dari putra mahkota Arab Saudi yang
melakikan konvoi hingga membuat para jemaah haji panik & mati
karena konvoi yang dilakukan putra mahkota Arab Saudi.
Hubungan
Arab Saudi & Iran pun harus berakhir saat Arab saudi melakukan
eksekusi hukuman mati terhadap beberapa syiah/tokoh agama yang sebagian
besar adalah warga negara Iran. Bahkan tak hanya Iran yang mengutuk
tindakan Arab Saudi tersebut, beberapa negara di dunia juga ikut
mengkritik/menyalahkan Arab Saudi karena bagaimanapun tindakan hukuman
mati tersebut sungguh tidak pantas dilakukan Arab Saudi. Iran pun mulai
memutuskan hubungan & perang dingin terhadap Arab saudi yang
selama ini di dukung oleh Amerika Serikat. Iran juga tak takut pada
Amerika yang selama ini suka memberikan Sanksi/hukuman ekonomi. Iran pun
mulai mememasok rudal & persenjataan militer dari Rusia untuk
menghadapi kemungkinan buruk yang akan terjadi. Apalagi selama ini Iran
& Rusia juga kurang menyukai terhadap Amerika yang dinilai egois
karena melarang negara lain untuk mengadakan uji coba nuklir sementara
Amerika & Israel diperbolehkan mengembangkan & Uji coba
nuklir. Israel menganggap Iran lebih berbahaya & patut diperangi
daripada ISIS.
Iran pun lama-lama sudah terbiasa atas
sanksi/hukuman ekonomi yang diberikan Amerika. Dari sini Iran mulai
menyusun strategi bagaimana cara memerangi Arab Saudi & Amerika
tanpa kekerasan maupun peperangan. Perang harga minyak pun dimulai untuk
membuat Arab Saudi menangis & menderita atas kekalahan. Pasokan
minyak yang berlebihan karena sumur-sumur Iran yang dipenuhi minyak
mulai dimanfaatkan, Iran mengimpor/menjual stock minyaknya yang overload
ini dengan harga yang murah dan dalam jumlah yang besar. Hal itu
tentunya banyak menguntungkan bagi negara-negara pengkonsumsi minyak
karena harganya yang murah, salah satu negara dengan konsumsi/pembutuh
minyak terbesar didunia adalah China.
Anjloknya harga minyak dunia langsung berpengaruh besar terhadap perekonomian global. Bahkan Arab Saudi yang merupakann negara penghasil minyak terbesar di dunia yang kedua pun harus menangis & menderita karena devisit negara yang cukup serius. Rupanya tak hanya Arab saudi saja yang harus menderita kekalahan dalam persaingan minyak, negara-negara lain penghasil minyak pun juga mengalami krisis ekonomi akibat dampak minyak. Satu persatu negara penghasil minyak pun terancam bangkrut karena kalah harga saing yang cukup murah dari timur tengah. Apalagi mahalnya biaya produksi yang tak sebanding dengan pendapatan harus memaksa mereka mengakui kekalahan & mengimpor minyak murah daripada memproduksi memprodusi minyak sendiri yang membutukan dana lebih besar.
Dan berikut ini adalah daftar 10 negara penghasil minyak terbesar di dunia pada tahun 2013 :1. Amerika Serikat
Produksi : 12,31 juta barel per hari
Benua : Amerika Utara
Keterangan : Bukan Anggota OPEC
2. Arab Saudi
Produksi : 11,59 juta barel per hari
Benua : Asia (Timur Tengah)
Keterangan : Anggota OPEC
3. Rusia
Produksi : 10,53 juta barel per hari
Benua : Asia dan Eropa
Keterangan : Bukan Anggota OPEC
4. China
Produksi : 4,46 juta barel per hari
Benua : Asia
Keterangan : Bukan Anggota OPEC
5. Kanada
Produksi : 4,07 juta barel per hari
Benua : Amerika Utara
Keterangan : Bukan Anggota OPEC
6. Uni Emirat Arab
Produksi : 3,23 juta barel per hari
Benua : Asia (Timur Tengah)
Keterangan : Anggota OPEC
7. Iran
Produksi : 3,19 juta barel per hari
Benua : Asia (Timur Tengah)
Keterangan : Anggota OPEC
8. Irak
Produksi : 3,06 juta barel per hari
Benua : Asia (Timur Tengah)
Keterangan : Anggota OPEC
9. Meksiko
Produksi : 2,91 juta barel per hari
Benua : Amerika Utara
Keterangan : Bukan Anggota OPEC
10. Kuwait
Produksi : 2,81 juta barel per hari
Benua : Asia (Timur Tengah)
Keterangan : Anggota OPEC
Jumlah Hasil Produksi diatas merupakan rata-rata barel per hari pada tahun 2013.
Dalam pekan-pekan ini, deflasi seperti memenangkan pertempuran. Indek
saham global menurun dan mengalami tekanan, sementara harga komoditi
termasuk emas dan minyak mentah juga makin terpuruk jatuh. Andai ini
pertandingan tinju, setelah dihajar dan dipojokkan, biasanya petinju
akan ganas membalas kembali dan menggasak lawan lebih keras. Akankah
jatuhnya harga minyak saat ini juga berpeluang demikian, memantul dan
siap membalik keadaan ?
Jika mencermati berbagai cuitan sosial media terkait pergerakan harga
minyak mentah saat ini, banyak sekali yang berbicara mengenai jatuhnya
harga minyak mentah. Tidak hanya berhenti dikomentar saja, sebagian
bahkan memperkirakan harga minyak masih akan turun, sebagian justru
melihat harga bisa berbalik dan naik kembali secepatnya.
Tidak tanggung-tanggung, pasar terbelah menjadi dua kubu yang sama
kuatnya, memperkirakan harga minyak mentah bisa terus turun hingga $20
per barel, sebagian menilai harga minyak mentah akan memantul dan
bergerak naik hingga ke $60 per barel kembali.
Dalam pandangan analis fundamental, bisa dipahami mengapa harga
minyak mentah turun drastis saat ini. Jatuhnya harga minyak bersamaan
dengan anjloknya harga-harga komoditi lainnya. Fakta bahwa banyaknya
suplai ditengah minimnya permintaan, membuat harga minyak mentah
tersungkur dalam. Dalam konteks teknis, kondisi ini mengalami kelebihan
suplai.
Dengan kata lain, kita mengalami “kekenyangan”
komoditas akibat kelebihan suplai. Kondisi ini makin menjadi-jadi ketika
Cina mengalami perlambatan ekonomi. Permintaan minyak yang turun
membuat harga minyak makin anjlok. Tidak disangkal lagi, kondisi ini
yang menjadi tren pergerakan harga minyak terkini.
Soal
suplai minyak yang membanjiri pasar ini tidak lepas dari kenaikan
produksi minyak mentah AS dan kebijakan OPEC sendiri yang tetap
memproduksi minyak mentahnya secara besar-besaran sejak tahun lalu.
Hingga pertemuan OPEC terkini, belum ada keputusan untuk memangkas
produksi minyak mentahnya. Semua pihak seperti semaunya sendiri dalam
memproduksi minyak mentah, ungkap Menteri Perminyakan Iran dalam
pertemuan terkini OPEC.
Iran memang menjadi salah satu
jangkar penurun harga minyak mentah dengan produksi yang besar dan
sanksi Barat yang menurun sehingga memungkinkan minyak Iran
diperdagangkan keluar negeri, membuat pasokan global makin banjir. Libya
memang menahan produksinya, setidaknya mereka hanya memompa minyak
mentahnya hanya seperempat dari masa sebelum perang pecah di Libya.
Lazimnya,
dalam perekonomian yang sehat dan tumbuh berkembang, harga minyak
mentah akan terasa lebih murah dengan pendapatan ekonomi yang lebih
baik. Jatuhnya harga minyak mentah juga akan membuat keuntungan
perusahaan naik setelah ongkos produksi terkait konsumsi minyak mentah
akan menurun biayanya. Sayangnya, hal demikian tidak terjadi saat ini.
Ditengah jatuhnya harga minyak mentah, tidak serta merta mendorong
pendapatan perusahaan naik kencang. Perusahaan dan pabrikan sendiri
terbelit masalah untuk menjajakan produksinya, setelah pasar global
melempem akibat ekonomi yang melambat. Alhasil, permintaan minyak mentah
juga turun pula.
Sejak
bulan Juni tahun lalu, harga minyak mentah terus mengalami penurunan
dari kisaran harga $107 per barel ke harga terkini di $38 untuk minyak
jenis WTI. Parahnya, penurunan harga minyak masih belum menunjukkan
tanda-tanda melambat. Memang terlihat ada peluang harga minyak mentah
bisa memantul dari harga termurah ini untuk kembali naik diatas $39 per
barel. Sebagian pihak diyakini sudah menunggu dilintasan berbaliknya
arah harga minyak ini dan berharap kenaikan panjang akan terjadi.
Sayangnya, sejauh ini tanda-tanda pergerakan harga minyak mentah untuk
naik lebih jauh masih belum terlihat.
Pasar bisa meraba
sejauh mana jatuhnya harga minyak mentah ini akan berlangsung dengan
mencermati langkah-langkah yang diambil sejumlah bank-bank sentral.
Berbagai kebijakan bank-bank tersebut adalah untuk mengejar kenaikan
inflasi yang dianggap sebagai indikator pertumbuhan ekonomi. Sayangnya,
inflasi masih dibawah target bank-bank sentral saat ini. Obat
penenangnya, beberapa pejabat bank sentral mengatakan untuk tidak
khawatir, inflasi akan naik kembali. Dalam pandangan mereka, disinflasi
saat ini secara garis besar mencerminkan jatuhnya harga minyak mentah.
Sekali harga minyak ini keluar dari perhitungan, inflasi akan naik
kembali. Pendek kata, mereka tidak perlu menunggu hingga harga minyak
mentah memantul naik kembali, hanya butuh harga minyak berhenti jatuh
saja sudah cukup untuk menaikkan inflasi.
Harapan
demikian ini nampaknya masih tinggi untuk menjadi nyata. Bagaimana tidak
apabila melihat ke laporan The International Energy Agency yang
memperkirakan Arab Saudi sendiri masih bisa memproduksi minyak mentah
sekitar 2 juta barel per hari dan Iran sebanyak 700,000 barel. Padahal
dalam perhitungan IEA, selain jatuhnya harga minyak masih akan
berlanjut, permintaan minyak mentah di 2016 juga masih akan turun,
setidaknya sekitar 1,2 juta barel per hari, dari total permintaan saat
ini dikisaran 95 juta barel per hari. Tentu saja kondisi ini akan
membuat harga minyak mentah makin merana.
Untuk
mengamankan aksi beli, sebaiknya memang menunggu berbaliknya harga
minyak dan menembus garis tren penurunan saat ini. Selanjutnya harga
minyak akan mencoba menguji kekuatan tahanan harga atas, batas
resistensi terdekatnya untuk memastikan kekuatan arus balik harga ini.
Sinyal beli akan terlihat lebih bagus jika batas tahanan atas ini
tertembus, setidaknya diatas harga $50 per barel kembali. Dengan
demikian potensi kerugian bisa diminimalisir.
Menunggu
arus balik yang kuat dari harga minyak, peluang mendapatkan keuntungan
ditengah naik-turunnya harga saat ini juga terbuka. Setidaknya dalam
masa yang pendek, baik harga minyak mentah masih akan menurun kembali
atau hanya menguat sesaat, tetap memberikan peluang keuntungan. Butuh
kecepatan aksi dan kehatia-hatian yang ekstra dalam mengatur margin atau
modal transaksi.
Perusahaan
minyak asal Inggris, BP Plc, Selasa, 24 Februari 2015 mengajukan
banding atas putusan hakim Amerika Serikat (AS) yang menjatuhkan denda
senilai US$13,7 miliar (Rp176,9 triliun). BP didenda atas kasus tumpahan
minyak di Teluk Meksiko pada 2010 silam.
Pada Januari
lalu, Hakim Distrik di New Orleans AS, Carl Barbier memutuskan BP telah
menumpahkan 3,19 juta barel minyak ke Teluk Meksiko. Pengadilan
memutuskan denda sebesar US$4.300 untuk setiap barel minyak yang tumpah
di teluk itu.
Kantor berita Reuters mengabarkan BP
merasa keberatan dengan putusan tersebut. Perusahaan yang dulu dikenal
dengan sebutan British Petroleum itu berpendapat mestinya denda maksimum
sebesar US$3.000 per barel.
Atas tragedi tumpahan
minyak itu, BP telah mengeluarkan anggaran lebih dari US$42 miliar untuk
biaya pembersihan, denda dan ganti-rugi para korban. Sedikitnya 810.000
barel minyak berhasil dikumpulkan selama pembersihan minyak tersebut.
Meski
diputuskan denda Rp176,9 triliun, hakim Barbier belum memutuskan berapa
banyak yang harus dibayarkan BP. Belum jelas kapan tenggat waktu
pembayarannya.
Namun di era semakin ketatnya persaingan
harga minyak, BP semakin terpuruk di tahun 2016 hingga melakukan
Pemberhentian karyawan secara besar-besaran bahkan menutup produksinya
untuk sementara. Tak hanya perusahaan minyak di Inggris yang mengalami
situasi terpuruk, Perusahaan minyak PERTAMINA di Indonesia juga mulai
memperhentikan karyawan untuk mengurangi resiko kebangkrutan yang
parah.Mahalnya biaya produksi & perawatan yang tak sebanding
dengan pendapatan yang diperoleh terpaksa harus menutup produksi minyak
sementara & beralih untuk mengimpor minyak mentah dari timur
tengah yang diobral murah karena sumur-sumur minyak di jazirah arab yang
tak pernah kering justru malah semakin penuh akan minyak.
Amerika
pun mencoba bersaing minyak dengan terus memproduksi stock minyak dalam
skala besar-besaran agar semakin banyak negara di dunia yang membeli
minyak amerika. Namun sebanyak/sebesar apapun Amerika tetap saja kalah
bersaing dengan timur tengah, karena harga minyak yang dijual amerika
dinilai lebih tinggi dari pada harga minyak dari timur tengah, Sudah
pasti semua orang akan memilih untuk membeli minyak dari timur tengah
yang lebih murah dari pada membeli minyak dari amerika yang lebih mahal.
Apalagi
Iran yang sempat dibuat jengkel Amerika karena sering memberikan
sanksi/hukuman terhadap Iran, hal itu semakin membuat Iran semakin
gencar dalam perang minyak dan bersaing harga dengan negara-negara yang
dinilai memusuhinya yaitu Arab Saudi & Amerika. Meski Rusia juga
mengalami kerugian pada perusaan minyak yang dimilik rusia, namun rusia
tak pernah mengkhawatirkan/mencemaskan perang minyak/persaingan harga
minyak yang sedang terjadi tersebut. Itu karena Rusia sebelumnya telah
menjalin hubungan dekat yang di nilai saling membantu/saling
menguntungkan antara Rusia dengan negara-negara timur tengah penghasil
minyak seperti Iran, Mesir, Irak & Syria.
Dulu
Rusia memang sempat pusing & cemas akan turunnya harga minyak
dunia dalam persaingan/perang minyak yang bisa membuat krisis ekonomi
tersebut, namun kecemasan tersebut terobati karena bantuan minyak dari
Iran yang pernah diberi Rudal S-300 secara gratis dari Rusia. Tak hanya
Iran yang membantu Rusia, bantuan & dukungan balik rupanya juga
diberikan Irak, Mesir & Suriah yang selama ini telah
membantunya. Hubungan yang terjalin diantara Rusia, Iran, Mesir, Irak
& Syria tersebut dinilai saling menguntungkan & saling
menutupi kekurangan masing-masing.
China
pun mulai meniru Rusia sebagai kakak tertuanya yang telah menjalin
hubungan saling menguntungkan dengan bebrapa negara penghasil minyak di
timur tengah. China sebagai negara pengkonsumsi minyak terbesar di dunia
ini juga tak ingin semakin terpuruk keadaan ekonominya akibat
persaingan/perang harga minyak yang semakin turun. China mencoba
mengunjungi Arab Saudi untuk menawarkan kerjasama yang saling
menguntungkan namun nampaknya tidak berhasil karena Arab Saudi sendiri
sedang mengalami defisit anggaran & terbelit hutang yang parah.
Akhirnya China pun beralih ke Iran dengan menawarkan kerjasama saling
menguntungkan dan akhrnya berhasil menerima kata sepakat.
China
mulai membagunkan kereta api cepat untuk Iran dengan harapan Iran pun
bisa membantu perekonomiannya khususnya dalam persediaan minyak. Itulah
yang menjadi sebab kecemburuan Indonesia karena sebelumnya china juga
menawarkan proyek kereta api cepat namun dalam segi harga biaya proyek
kereta cepat di indonesia lebih mahal dari pada biaya proyek kereta
cepat di Iran. Padahal panjang lintasan kereta cepat yang dibangun di
Iran lebih panjang daripada panjang lintasan kereta api cepat yang di
bangun di Indonesia.
baca : "Pro Kontra Pembangunan Kereta Api Super Cepat Indonesia Dibandingkan Iran"
Setelah
Rusia & China berhasil menjalin hubungan saling menguntungkan
dengan negara-negara penghasil minyak di timur tengah, Tak ketinggalan
pula dengan Perancis, rupanya perancis pun ingin mencoba berkerja sama
dengan menjalin hubungan saling menguntungkan dengan negara-negara
penghasil minyak di timur tengah. Melihat persaingan harga minyak yang
semakin anjlok & membelit masalah perekonomian tersebut,
perancis yang sebelumnya sempat mengkritik Iran namun kini berbalik arah
untuk menjalin hubungan erat dengan Iran. Hal itu diambil karena
beberapa negara di dunia yang mulai melirik potensi Iran sebagai Jangkar
utama dalam minyak dunia yang mempengaruhi pergerakana ekonomi dunia..
Prancis pun mulai menawarkan kerjasama saling menguntungkan dengan Iran
yang mana prancis akan memberi sejumlah besar pesawat airbus nya untuk
Iran. Tak hanya pesawat airbus yang diberikan prancis untuk Iran,
Prancispun berusaha untuk meningkatkan kerjasamanya di bidang budaya dan
lain-lain. Dengan semakin eratnya hubungan saling menguntungkan
tersebut, perancis berharap bisa lepas dari keterpurukan ekonomi
& persediaan minyak seperti yang dilakukan Rusia & China
sebelumnya.
Lihat
saja sekarang. Ketika harga minyak anjlok rata-rata 70% dari di atas
USD100 per barel menjadi tinggal USD30 per barel, sejumlah perusahaan
minyak dunia (International Oil Company atau IOC) rontok. Raksasa minyak
Shell, misalnya, tahun ini bakal memangkas 6.500 karyawannya dan
memotong dana investasi hingga USD7 miliar (atau setara Rp94,2 triliun).
Begitu
juga dengan Societa Anonima Italiana Perforazioni E Montaggi (Saipem),
perusahaan kontraktor minyak dan gas Italia, bakal mengurangi hingga
8.800 karyawannya dalam dua tahun ke depan. Saipem adalah anak usaha
dari perusahaan energi Italia, ENI. Di Inggris, British Petroleum juga
akan memangkas 4.000 karyawannya hingga 2017. Dan juga perusahaan minyak
di Belanda yang juga melakukan pengurangan karyawan besar-besaran dalam
tahun 2016 ini.
Namun, tak semua negara terpukul oleh jatuhnya harga minyak dunia.
Negara-negara Eropa mungkin malah diuntungkan. BBC News melaporkan,
setiap harga minyak turun hingga 10%, pertumbuhan ekonomi negara-negara
Eropa bakal naik 0,1%. Ini terutama dipicu oleh meningkatnya konsumsi.
China, sebagai negara yang rakus energi, juga diuntungkan oleh penurunan
harga migas.
Sepanjang 2014, China mengimpor lebih dari 7,15 juta barel minyak per
hari (bandingkan dengan Indonesia yang sekitar 600.000 barel per hari),
atau tumbuh lebih dari 15% dibandingkan tahun sebelumnya. Jadi,
penurunan harga minyak ini betul-betul menguntungkan China. Meski
begitu, penurunan harga migas ini diperkirakan tak akan mampu
dengancepatmengatrol pelemahan pertumbuhan ekonomi China.
India pun serupa. Negara ini mesti mengimpor 70% dari seluruh kebutuhan
minyaknya. Penurunan harga jelas membuat biaya subsidi minyak India
terpangkas hingga mencapai USD2,5 miliar (Rp33,75 triliun). Lumayan,
meski ada syaratnya, yakni harga minyak dunia harus terus rendah.
Sampai
kapan perang harga minyak ini berlangsung? Akankah hal ini akan memicu
kembali pada sistem barter peradapan kuno yang mana uang tak lagi
digunakan untuk jual beli melainkan dengan pertukaran barang dengan
barang, seperti tukar menukar minyak kereta api, pesawat, rudal, tank,
dan lain-lain? Yang jelas sistim ekonomi didunia ini sedang mengalami
kerapuhan & perlambatan yang semakin dalam. Sistim mata uang USD
Amerika serikat pun di prediksi akan mengalami kelengseran/pergeseran
dari kedudukannya sebagai mata uang dunia seperti kelengseran/pergeseran
kedudukan mata uang UERO sebagai mata uang dunia sebelumnya.
Baca Juga : Iran Menang Dalam Perang Minyak, Perkonomian AS, Uni Eropa Dan Negara Di Dunia Bisa Hancur