Perkembangan & penyebaran virus yang dibawa nyamuk Aedes aegypti akhir-akhir ini semakin pesat, mulai dari virus demam berdarah yang bisa merenggut nyawa seseorang hingga virus terbarunya yaitu ZIKA. Namun sebelum kita membahas Obat Anti Demam Berdarah berbentuk pil untuk dewasa & sirup untuk anak-anak yang telah berhasil ditemukan UNAIR Indonesia untuk pertamakalinya di dunia ada baiknya kita membaca dulu apa itu Demam berdarah & bagaimana cara penularan virusnya.
Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk atau/ beberapa jenis nyamuk menularkan (atau menyebarkan) virus dengue. Demam dengue juga disebut sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak fever" (demam sendi), karena demam tersebut dapat menyebabkan penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah bakan bisa menyebabkan kematian. Nyamuk ini berkembang di negara-negara yang beriklim tropis termasuk Indonesia. Akhir- akhir ini jumlah pasien yang terjangkit demam berdarah semakit meningkat seiring musim hujan dan lingkungan yang kurang dijaga kebersihannya. Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam; sakit kepala; kulit kemerahan yang tampak seperti campak; dan nyeri otot dan persendian. Pada sejumlah pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam jiwa. Yang pertama adalah demam berdarah, yang menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah (saluran yang mengalirkan darah), dan rendahnya tingkat trombosit darah (yang menyebabkan darah membeku). Yang kedua adalah sindrom renjat dengue, yang menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.
Terdapat empat jenis virus dengue. Apabila seseorang telah terinfeksi satu jenis virus, biasanya dia menjadi kebal terhadap jenis tersebut seumur hidupnya. Namun, dia hanya akan terlindung dari tiga jenis virus lainnya dalam waktu singkat. Jika kemudian dia terkena satu dari tiga jenis virus tersebut, dia mungkin akan mengalami masalah yang serius.
Sekira 80% dari pasien (atau 8 dari 10 pasien) yang terinfeksi virus dengue tidak menunjukkan gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan (seperti demam biasa). Sekira 5% dari orang yang terinfeksi (atau 5 dari 100) akan mengalami infeksi berat. Penyakit tersebut bahkan mengancam jiwa sedikit dari mereka. Pada sebagian kecil penderita ini, penyakit tersebut mengancam jiwa. Gejala akan muncul antara 3 dan 14 hari setelah seseorang terjangkit virus dengue. Seringkali gejala muncul setelah 4 hingga 7 hari. Oleh karena itu jika seseorang baru kembali dari wilayah yang memiliki banyak kasus dengue, kemudian ia menderita demam atau gejala lainnya setelah lebih dari 14 hari dia kembali dari wilayah tersebut, kemungkinan penyakitnya tersebut bukan dengue.
Seringkali, apabila anak-anak terkena demam dengue, gejala yang muncul sama dengan gejala pilek atau gastroenteritis (atau flu perut; misalnya, muntah-muntah dan diare). Namun, anak-anak mungkin mengalami masalah yang parah karena demam dengue.
Gejala klasik demam dengue adalah demam yang terjadi secara tiba-tiba; sakit kepala (biasanya di belakang mata); ruam; nyeri otot dan nyeri sendi. Julukan "demam sendi" untuk penyakit ini menggambarkan betapa rasa sakit yang ditimbulkannya dapat menjadi sangat parah. Demam dengue terjadi dalam tiga tahap: demam, kritis, dan pemulihan.
Pada fase demam, seseorang biasanya mengalami demam tinggi. ("Demam" berarti bahwa seseorang mengalami demam.) Panas badan seringkali mencapai 40 derajat Celsius (104 derajat Fahrenheit). Penderita juga biasanya menderita sakit yang umum atau sakit kepala. Fase febrile biasanya berlangsung selama 2 hingga 7 hari. Pada fase ini, sekira 50 hingga 80% pasien dengan gejala mengalami ruam. Pada hari pertama atau kedua, ruam akan tampak seperti kulit yang terkena panas (merah). Selanjutnya (pada hari ke-4 hingga hari ke-7), ruam tersebut akan tampak seperti campak. Bintik merah kecil (petechiae) dapat muncul di kulit. Bintik-bintik ini tidak hilang jika kulit ditekan. Bintik-bintik ini disebabkan oleh pembuluh kapiler yang pecah. Penderita mungkin juga mengalami perdarahan ringan membran mukus mulut dan hidung. Demam itu sendiri cenderung akan berhenti (pulih) kemudian terjadi lagi selama satu atau dua hari. Namun, pola ini berbeda-beda pada masing-masing penderita.
Pada beberapa penderita, penyakit berkembang ke fase kritis setelah demam tinggi mereda. Fase kritis tersebut biasanya berlangsung selama hingga 2 hari. Selama fase ini, cairan dapat menumpuk di dada dan abdomen. Hal ini terjadi karena pembuluh darah kecil bocor. Cairan tersebut akan semakin banyak, kemudian cairan berhenti bersirkulasi di dalam tubuh. Ini berarti bahwa organ-organ vital (terpenting) tidak mendapatkan suplai darah sebanyak biasanya. Karena itu, organ-organ tersebut tidak bekerja secara normal. Penderita penyakit tersebut juga dapat mengalami perdarahan parah (biasanya dari saluran gastrointestinal.)
Kurang dari 5% dari orang dengan dengue mengalami renjat peredaran darah, sindrom renjat dengue, dan demam berdarah. Jika seseorang pernah mengidap jenis dengue yang lain (“infeksi sekunder”), kemungkinan mereka akan mengalami masalah yang serius.
Pada fase penyembuhan, cairan yang keluar dari pembuluh darah diambil kembali ke dalam aliran darah. Fase penyembuhan biasanya berlangsung selama 2 hingga 3 hari. Pasien biasanya semakin pulih dalam tahap ini. Namun, mereka mungkin menderita gatal-gatal yang parah dan detak jantung yang lemah. Selama fase ini, pasien dapat mengalami kondisi kelebihan cairan (yakni terlalu banyak cairan yang diambil kembali). Jika terkena otak, cairan tersebut dapat menyebabkan kejang atau perubahan derajat kesadaran (yakni seseorang yang pikirannya, kesadarannya, dan perilakunya tidak seperti biasanya).
Virus Dengue ditularkan (atau disebarkan) sebagian besar oleh nyamuk Aedes, khususnya tipe nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup di antara garis lintang 35° Utara dan 35° Selatan, di bawah ketinggian 1000 m. Nyamuk-nyamuk tersebut lebih sering menggigit pada siang hari. Satu gigitan dapat menginfeksi manusia.
Terkadang, nyamuk juga tertular dengue dari manusia. Jika nyamuk betina yang menggigit orang yang terinfeksi, nyamuk tersebut dapat tertular virus. Mulanya virus hidup di sel yang menuju saluran pencernaan nyamuk. Sekira 8 hingga 10 hari berikutnya, virus menyebar ke kelenjar saliva nyamuk, yang memproduksi saliva (atau "ludah"). Ini berarti bahwa saliva yang diproduksi oleh nyamuk tersebut terinfeksi virus dengue. Oleh karena itu ketika nyamuk menggigit manusia, saliva yang terinfeksi tersebut masuk ke dalam tubuh manusia dan menginfeksi orang tersebut. Virus sepertinya tidak menimbulkan masalah pada nyamuk yang terinfeksi, yang akan terus terinfeksi sepanjang hidupnya. Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang paling banyak menyebarkan dengue. Ini karena nyamuk tersebut menyukai hidup berdekatan dengan manusia dan makan dari manusia alih-alih dari binatang. Nyamuk ini juga suka bertelur di wadah-wadah air yang dibuat oleh manusia.
Dengue juga dapat disebarkan melalui produk darah yang telah terinfeksi dan melalui donasi organ. Jika seseorang dengan dengue mendonasikan darah atau organ tubuh, yang kemudian diberikan kepada orang lain, orang tersebut dapat terkena dengue dari darah atau organ yang didonasikan tersebut. Di beberapa negara, seperti Singapura, dengue biasa terjadi. Di negara-negara ini, antara 1,6 dan 6 transfusi darah dari setiap 10.000 menularkan dengue. Virus dengue juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan atau ketika anak tersebut dilahirkan. Dengue biasanya tidak ditularkan dengan cara-cara lain.
Dibandingkan dengan orang dewasa, bayi dan anak kecil yang menderita dengue lebih berisiko mengalami infeksi yang serius. Anak-anak cenderung berisiko mengalami sakit berat apabila mereka tergolong anak-anak yang berkecukupan gizi (jika mereka sehat dan memakan makanan bergizi). (Ini berbeda dari banyak infeksi lainnya, yang biasanya lebih parah terjadi pada anak-anak yang termasuk golongan kurang gizi, tidak sehat, atau tidak memakan makanan bergizi.) Perempuan lebih cenderung terserang sakit yang lebih parah daripada laki-laki. Dengue bisa mengancam jiwa pada pasien dengan penyakit kronis (jangka panjang), seperti diabetes dan asma.
Apabila nyamuk menggigit orang, air liur nyamuk tersebut masuk ke kulit orang tersebut. Jika nyamuk tersebut mengandung dengue, virus terbawa dalam air liurnya. Sehingga apabila nyamuk tersebut menggigit orang, virusnya masuk ke dalam kulit orang tersebut bersama air liur nyamuk. Virus tersebut tertanam dan memasuki sel darah putih orang tersebut. (Sel darah putihnya seharusnya membantu pertahanan tubuh dengan memerangi ancaman, seperti infeksi.) Ketika sel darah putih tersebut bergerak-gerak di dalam tubuh, virus memproduksi kembali (atau memperbanyak diri). Sel darah putih bereaksi dengan cara memperbanyak protein pengisyarat (apa yang disebut dengan sitokin), seperti faktor-faktor interleukin, interferon dan tumor nekrosis. Protein ini menyebabkan demam, gejala yang menyerupai flu, dan rasa nyeri yang luar biasa yang terjadi bersama dengue.
Jika seseorang menderita infeksi (serius), virus bereproduksi dengan lebih cepat. Dengan semakin banyaknya virus, semakin banyak pula organ (seperti hati dansumsum tulang) yang terkena dampaknya. Cairan dari aliran darah bocor melalui dinding-dinding pembuluh darah kecil ke dalam rongga-rongga tubuh. Oleh karena itu, lebih sedikit darah yang bersirkulasi (atau berputar di dalam tubuh) di dalam pembuluh darah. Tekanan darah orang tersebut menjadi sangat rendah sehingga jantungnya tidak dapat memasok cukup darah ke organ vital (yang paling penting). Sumsum tulang juga tidak dapat membuat cukup platelet yang dibutuhkan darah agar bisa membeku dengan benar. Tanpa cukup platelet, orang tersebut akan memiliki masalah pendarahan. Pendarahan adalah komplikasi berat dari dengue (satu dari masalah yang paling berat yang diakibatkan oleh penyakit tersebut).
Sulit membedakan demam dengue dan chikungunya. Chikungunya adalah infeksi virus yang mirip dan memiliki banyak gejala yang sama dengan dengue, dan terjadi di wilayah yang sama di dunia. Dengue juga dapat memiliki gejala yang sama seperti penyakit lainnya, seperti malaria, leptospirosis, demam tifoid, and penyakit meningokokus. Seringkali, sebelum seseorang terdiagnosis dengue, petugas kesehatan yang menanganinya akan melakukan tes untuk memastikan bahwa pasien tidak mengalami satu dari kondisi-kondisi ini.
Jika seseorang menderita dengue, perubahan paling awal yang dapat dilihat pada tes laboratorium adalah jumlah sel darah putih yang sedikit. Jumlah platelet yang sedikit dan asidosis metabolik juga merupakan tanda-tanda dengue. Jika seseorang terserang dengue parah, terdapat perubahan lainnya yang dapat dilihat jika darahnya diteliti. Dengue yang parah menyebabkan cairan keluar dari aliran darah. Ini menyebabkan hemokonsentrasi (di mana terdapat lebih sedikit plasma – bagian yang cair dari darah – dan lebih banyak sel darah merah di dalam darah). Ini juga menyebabkan level albumin yang rendah di dalam darah.
Ketua ITD Unair Prof Dr dr Nasronudin SpPD KPTI FINASIM mengatakan obat herbal DB ini bernama Malaleuca Alternifolia Concentrate (MAC). Nasronudin menerangkan nama obat herbal ini diambil dari nama tumbuhan malaleuca alternifolia yang berasal dari Australia. Tanaman ini, lanjutnya, biasa dijadikan obat tradisional suku Aborigin Australia di wilayah New South Wales untuk mengobati batuk dan demam. “Tanaman ini merupakan tanaman asli Australia yang biasa disebut narrow-leaved tea-tree (pohon teh berdaun kincup). Konsentrat dari daunnya ini yang kami olah untuk menjadi obat Demam Berdarah. Namun bisakah tanaman obat ini dibudidayakan di Indonesia dengan iklim yang kita miliki?
Nasronudin menuturkan obat herbal berbentuk kapsul dan sirup ini sudah melalui uji klinis tahap tiga dan sudah masuk pengujian terakhir di Badan Pengawasan Obat dan MAkanan (BPOM) Pusat untuk nantinya segera diproduksi massal. Dan semoga saja produk ini bisa terus dikembangkan untuk mengobati virus nyamuk aedes terbaru yaitu VIRUS ZIKA.
Obat penyakit demam berdarah(DB) buatan Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) mampu membunuh 96 persen virus DB (dengue virus). Ketua ITD Unair Prof Dr dr Nasronudin SpPD KPTI FINASIM mengatakan, membunuh virus inilah yang membedakan obat Malaleuca Alternifolia Concentrate (MAC) dengan pengobatan DB pada umumnya.
Nasronudin menerangkan selama ini pengobatan DB hanya difokuskan untuk memperkuat imunitas penderita dari virus dengue. Selama ini, lanjutnya, cara pengobatan DB dilakukan untuk meningkatkan jumlah trombosit darah, meningkatkan kekebalan tubuh, dan membunuh nyamuk penyebar (aedes aegypti dan aedes albovictus). “Belum ada upaya riset untuk membunuh virusnya sendiri, Uji lab berkali-kali terhadap hewan (uji klinis 1) dan manusia (uji klinis 2 dan 3) menunjukan ada penurunan jumlah virus sangat signifikan setelah diberikan MAC ini.
Nasronudin mengungkapkan kandungan minyak terpinen yang ada pada daun tumbuhan malaleuca alternifolia asal Australia ini mempu merusak batang tubuh virus dengue. “Kalau di negara aslinya sendiri, tanaman ini hanya dijadikan obat herbal untuk batuk dan deman. Kami bekerjasama dengan Litbang Kemenkes mengembangkan zat terpinen ini untuk DB karena memiliki sifat antiviral (melawan virus).
Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya segera memproduksi obat herbal untuk anti-demam berdarah dengue (DBD), karena penelitian secara klinis sudah memasuki fase III. "Obat herbal untuk demam berdarah menggunakan tanaman Melaleuca Alternifolia yang tumbuh di Australia, karena riset yang didukung Kemenkes itu memang melibatkan peneliti Indonesia-Australia.
Didampingi peneliti senior dari Center for Botanical Medicine, Griffith University Australia, Max Reynolds, dan Kepala Pusat Teknologi Demiologi Klinik Kementerian Kesehatan, Siswanto, ia menjelaskan penelitian bersama itu dilakukan sejak 2006. "Tapi, obat herbal itu merupakan produk kita, namun bahan bakunya akan diimpor dari Australia. Itu bukan berarti akan menggeser kemandirian kita, karena prosesnya akan ada transfer teknologi," katanya di sela-sela simposium tentang DBD itu.
Menurut Nasronudin, metode penelitian dan uji klinis fase III yang menggunakan random double-blind dengan kontrol placebo itu didukung oleh lima rumah sakit dan 15 puskesmas di Jawa Timur dengan target 530 pasien partisipan yang menderita infeksi dengue. Dengue (DENV) adalah flavi virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dengan empat serotype antigen yang berbeda, yakni DEN-1 hingga DEN-4. Semua serotype dengue menginfeksi manusia dan belum ada pengobatan atau vaksin yang tersedia untuk infeksi dengue.
Senada dengan itu, peneliti senior Giffith University, Max Reynolds, menilai temuan obat demam berdarah terbaru oleh Indonesia itu bisa bermanfaat bagi dunia, karena itu Indonesia harus memasarkan untuk dunia. "Australia sudah memakai tanaman Melaleuca Alternifolia untuk bahan baku obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, tapi bukan obat demam berdarah, baru kali ini untuk dengue dan Indonesia berhasil mengembangkannya," ujar Max.
Dalam kesempatan itu, Siswanto mengingatkan temuan Unair itu hendaknya dimintakan persetujuan ke BPOM sebelum dilempar ke pasaran dan dikonsumsi penderita. "Saya yakin temuan ini segera mendapatapprovaldari BPOM karena merujuk bahan baku tanaman Melaleuca Alternifolia yang sudah mendapat paten di Australia, kendati untuk bahan baku obat lain," katanya.
Untuk fase I, penelitian ini melibatkan Universitas Gadjah Mada dan fase II melibatkan Universitas Indonesia. "Riset ini digagas oleh Kementerian Kesehatan dan sepenuhnya didanai pemerintah. Untuk fase III menghabiskan dana Rp 4 miliar," katanya. Penemuan obat demam berdarah pertama kali di dunia ini harus segera di sebar luaskan & di buat hak cipta paten agar Indonesia bisa bangga & bisa memotifasi ilmuan-ilmuan lain.
Namun Ironisnya hingga saat ini Obat Demam berdarah penemuan UNAIR-INDONESIA, sebuah penemuan spektakuler untuk yang pertama kalinya di dunia ini masih diproduksi dalam skala kecil dan belum di sebarkan secara luas di kalangan masyarakat khususnya apotik-apotik dan toko-toko kecil karena belum adanya ijin dari pemerintahan Indonesia. Banyak masyarakat yang masih belum tahu akan keberadaan obat ini, Sungguh sangat disayangkan, seandainya saja Obat Herbal Demam Berdarah tersebut diproduksi dalam skala besar & diedarkan secara luas baik di apotik-apotik maupun toko-toko kecil di kalangan masyarakat selayaknya Oskadon, Paramex, Mixagrip, dll, mungkin masyarakat umum khususnya di Indonesia tidak akan pusing menghadapi penyakit Demam Berdarah, tidak akan menderita hingga harus kerumah sakit, bahkan kesedihan yang mendalam karena kematian akibat terjangkit demam berdarah tidak akan terjadi & tidak akan meningkat di kalangan masyarakat dunia khususnya Indonesia tercinta ini.
Pertanyaanya adalah bila obat anti demam berdarah ini telah ditemukan lalu kenapa kok tidak disebar luaskan agar korban yang meninggal akibat terjangkit demam berdarah tidak semakin bertambah/banyak lagi..?
Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk atau/ beberapa jenis nyamuk menularkan (atau menyebarkan) virus dengue. Demam dengue juga disebut sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak fever" (demam sendi), karena demam tersebut dapat menyebabkan penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah bakan bisa menyebabkan kematian. Nyamuk ini berkembang di negara-negara yang beriklim tropis termasuk Indonesia. Akhir- akhir ini jumlah pasien yang terjangkit demam berdarah semakit meningkat seiring musim hujan dan lingkungan yang kurang dijaga kebersihannya. Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam; sakit kepala; kulit kemerahan yang tampak seperti campak; dan nyeri otot dan persendian. Pada sejumlah pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam jiwa. Yang pertama adalah demam berdarah, yang menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah (saluran yang mengalirkan darah), dan rendahnya tingkat trombosit darah (yang menyebabkan darah membeku). Yang kedua adalah sindrom renjat dengue, yang menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.
Terdapat empat jenis virus dengue. Apabila seseorang telah terinfeksi satu jenis virus, biasanya dia menjadi kebal terhadap jenis tersebut seumur hidupnya. Namun, dia hanya akan terlindung dari tiga jenis virus lainnya dalam waktu singkat. Jika kemudian dia terkena satu dari tiga jenis virus tersebut, dia mungkin akan mengalami masalah yang serius.
Sekira 80% dari pasien (atau 8 dari 10 pasien) yang terinfeksi virus dengue tidak menunjukkan gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan (seperti demam biasa). Sekira 5% dari orang yang terinfeksi (atau 5 dari 100) akan mengalami infeksi berat. Penyakit tersebut bahkan mengancam jiwa sedikit dari mereka. Pada sebagian kecil penderita ini, penyakit tersebut mengancam jiwa. Gejala akan muncul antara 3 dan 14 hari setelah seseorang terjangkit virus dengue. Seringkali gejala muncul setelah 4 hingga 7 hari. Oleh karena itu jika seseorang baru kembali dari wilayah yang memiliki banyak kasus dengue, kemudian ia menderita demam atau gejala lainnya setelah lebih dari 14 hari dia kembali dari wilayah tersebut, kemungkinan penyakitnya tersebut bukan dengue.
Seringkali, apabila anak-anak terkena demam dengue, gejala yang muncul sama dengan gejala pilek atau gastroenteritis (atau flu perut; misalnya, muntah-muntah dan diare). Namun, anak-anak mungkin mengalami masalah yang parah karena demam dengue.
Gejala klasik demam dengue adalah demam yang terjadi secara tiba-tiba; sakit kepala (biasanya di belakang mata); ruam; nyeri otot dan nyeri sendi. Julukan "demam sendi" untuk penyakit ini menggambarkan betapa rasa sakit yang ditimbulkannya dapat menjadi sangat parah. Demam dengue terjadi dalam tiga tahap: demam, kritis, dan pemulihan.
Pada fase demam, seseorang biasanya mengalami demam tinggi. ("Demam" berarti bahwa seseorang mengalami demam.) Panas badan seringkali mencapai 40 derajat Celsius (104 derajat Fahrenheit). Penderita juga biasanya menderita sakit yang umum atau sakit kepala. Fase febrile biasanya berlangsung selama 2 hingga 7 hari. Pada fase ini, sekira 50 hingga 80% pasien dengan gejala mengalami ruam. Pada hari pertama atau kedua, ruam akan tampak seperti kulit yang terkena panas (merah). Selanjutnya (pada hari ke-4 hingga hari ke-7), ruam tersebut akan tampak seperti campak. Bintik merah kecil (petechiae) dapat muncul di kulit. Bintik-bintik ini tidak hilang jika kulit ditekan. Bintik-bintik ini disebabkan oleh pembuluh kapiler yang pecah. Penderita mungkin juga mengalami perdarahan ringan membran mukus mulut dan hidung. Demam itu sendiri cenderung akan berhenti (pulih) kemudian terjadi lagi selama satu atau dua hari. Namun, pola ini berbeda-beda pada masing-masing penderita.
Pada beberapa penderita, penyakit berkembang ke fase kritis setelah demam tinggi mereda. Fase kritis tersebut biasanya berlangsung selama hingga 2 hari. Selama fase ini, cairan dapat menumpuk di dada dan abdomen. Hal ini terjadi karena pembuluh darah kecil bocor. Cairan tersebut akan semakin banyak, kemudian cairan berhenti bersirkulasi di dalam tubuh. Ini berarti bahwa organ-organ vital (terpenting) tidak mendapatkan suplai darah sebanyak biasanya. Karena itu, organ-organ tersebut tidak bekerja secara normal. Penderita penyakit tersebut juga dapat mengalami perdarahan parah (biasanya dari saluran gastrointestinal.)
Kurang dari 5% dari orang dengan dengue mengalami renjat peredaran darah, sindrom renjat dengue, dan demam berdarah. Jika seseorang pernah mengidap jenis dengue yang lain (“infeksi sekunder”), kemungkinan mereka akan mengalami masalah yang serius.
Pada fase penyembuhan, cairan yang keluar dari pembuluh darah diambil kembali ke dalam aliran darah. Fase penyembuhan biasanya berlangsung selama 2 hingga 3 hari. Pasien biasanya semakin pulih dalam tahap ini. Namun, mereka mungkin menderita gatal-gatal yang parah dan detak jantung yang lemah. Selama fase ini, pasien dapat mengalami kondisi kelebihan cairan (yakni terlalu banyak cairan yang diambil kembali). Jika terkena otak, cairan tersebut dapat menyebabkan kejang atau perubahan derajat kesadaran (yakni seseorang yang pikirannya, kesadarannya, dan perilakunya tidak seperti biasanya).
Virus Dengue ditularkan (atau disebarkan) sebagian besar oleh nyamuk Aedes, khususnya tipe nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup di antara garis lintang 35° Utara dan 35° Selatan, di bawah ketinggian 1000 m. Nyamuk-nyamuk tersebut lebih sering menggigit pada siang hari. Satu gigitan dapat menginfeksi manusia.
Terkadang, nyamuk juga tertular dengue dari manusia. Jika nyamuk betina yang menggigit orang yang terinfeksi, nyamuk tersebut dapat tertular virus. Mulanya virus hidup di sel yang menuju saluran pencernaan nyamuk. Sekira 8 hingga 10 hari berikutnya, virus menyebar ke kelenjar saliva nyamuk, yang memproduksi saliva (atau "ludah"). Ini berarti bahwa saliva yang diproduksi oleh nyamuk tersebut terinfeksi virus dengue. Oleh karena itu ketika nyamuk menggigit manusia, saliva yang terinfeksi tersebut masuk ke dalam tubuh manusia dan menginfeksi orang tersebut. Virus sepertinya tidak menimbulkan masalah pada nyamuk yang terinfeksi, yang akan terus terinfeksi sepanjang hidupnya. Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang paling banyak menyebarkan dengue. Ini karena nyamuk tersebut menyukai hidup berdekatan dengan manusia dan makan dari manusia alih-alih dari binatang. Nyamuk ini juga suka bertelur di wadah-wadah air yang dibuat oleh manusia.
Dengue juga dapat disebarkan melalui produk darah yang telah terinfeksi dan melalui donasi organ. Jika seseorang dengan dengue mendonasikan darah atau organ tubuh, yang kemudian diberikan kepada orang lain, orang tersebut dapat terkena dengue dari darah atau organ yang didonasikan tersebut. Di beberapa negara, seperti Singapura, dengue biasa terjadi. Di negara-negara ini, antara 1,6 dan 6 transfusi darah dari setiap 10.000 menularkan dengue. Virus dengue juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan atau ketika anak tersebut dilahirkan. Dengue biasanya tidak ditularkan dengan cara-cara lain.
Dibandingkan dengan orang dewasa, bayi dan anak kecil yang menderita dengue lebih berisiko mengalami infeksi yang serius. Anak-anak cenderung berisiko mengalami sakit berat apabila mereka tergolong anak-anak yang berkecukupan gizi (jika mereka sehat dan memakan makanan bergizi). (Ini berbeda dari banyak infeksi lainnya, yang biasanya lebih parah terjadi pada anak-anak yang termasuk golongan kurang gizi, tidak sehat, atau tidak memakan makanan bergizi.) Perempuan lebih cenderung terserang sakit yang lebih parah daripada laki-laki. Dengue bisa mengancam jiwa pada pasien dengan penyakit kronis (jangka panjang), seperti diabetes dan asma.
Apabila nyamuk menggigit orang, air liur nyamuk tersebut masuk ke kulit orang tersebut. Jika nyamuk tersebut mengandung dengue, virus terbawa dalam air liurnya. Sehingga apabila nyamuk tersebut menggigit orang, virusnya masuk ke dalam kulit orang tersebut bersama air liur nyamuk. Virus tersebut tertanam dan memasuki sel darah putih orang tersebut. (Sel darah putihnya seharusnya membantu pertahanan tubuh dengan memerangi ancaman, seperti infeksi.) Ketika sel darah putih tersebut bergerak-gerak di dalam tubuh, virus memproduksi kembali (atau memperbanyak diri). Sel darah putih bereaksi dengan cara memperbanyak protein pengisyarat (apa yang disebut dengan sitokin), seperti faktor-faktor interleukin, interferon dan tumor nekrosis. Protein ini menyebabkan demam, gejala yang menyerupai flu, dan rasa nyeri yang luar biasa yang terjadi bersama dengue.
Jika seseorang menderita infeksi (serius), virus bereproduksi dengan lebih cepat. Dengan semakin banyaknya virus, semakin banyak pula organ (seperti hati dansumsum tulang) yang terkena dampaknya. Cairan dari aliran darah bocor melalui dinding-dinding pembuluh darah kecil ke dalam rongga-rongga tubuh. Oleh karena itu, lebih sedikit darah yang bersirkulasi (atau berputar di dalam tubuh) di dalam pembuluh darah. Tekanan darah orang tersebut menjadi sangat rendah sehingga jantungnya tidak dapat memasok cukup darah ke organ vital (yang paling penting). Sumsum tulang juga tidak dapat membuat cukup platelet yang dibutuhkan darah agar bisa membeku dengan benar. Tanpa cukup platelet, orang tersebut akan memiliki masalah pendarahan. Pendarahan adalah komplikasi berat dari dengue (satu dari masalah yang paling berat yang diakibatkan oleh penyakit tersebut).
Sulit membedakan demam dengue dan chikungunya. Chikungunya adalah infeksi virus yang mirip dan memiliki banyak gejala yang sama dengan dengue, dan terjadi di wilayah yang sama di dunia. Dengue juga dapat memiliki gejala yang sama seperti penyakit lainnya, seperti malaria, leptospirosis, demam tifoid, and penyakit meningokokus. Seringkali, sebelum seseorang terdiagnosis dengue, petugas kesehatan yang menanganinya akan melakukan tes untuk memastikan bahwa pasien tidak mengalami satu dari kondisi-kondisi ini.
Jika seseorang menderita dengue, perubahan paling awal yang dapat dilihat pada tes laboratorium adalah jumlah sel darah putih yang sedikit. Jumlah platelet yang sedikit dan asidosis metabolik juga merupakan tanda-tanda dengue. Jika seseorang terserang dengue parah, terdapat perubahan lainnya yang dapat dilihat jika darahnya diteliti. Dengue yang parah menyebabkan cairan keluar dari aliran darah. Ini menyebabkan hemokonsentrasi (di mana terdapat lebih sedikit plasma – bagian yang cair dari darah – dan lebih banyak sel darah merah di dalam darah). Ini juga menyebabkan level albumin yang rendah di dalam darah.
Pertama Kali di Dunia, Obat Demam Berdarah Herbal Berbentuk Kapsul & Sirup Ditemukan Oleh Unair Surabaya, Indonesia
Ketua ITD Unair Prof Dr dr Nasronudin SpPD KPTI FINASIM menunjukan kapsul Malaleuca Alternifolia Concentrate (MAC), obat herbal pertama di dunia untuk Demam Berdarah. Harapan baru tentang pengobatan penyakit demam berdarah(DB) muncul dari Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair). Kampus di kawasan Mulyerejo ini, ditemukan inovasi baru berupa obat herbal penyakit Demam Berdarah berhasil dibuat untuk kali pertama di dunia. Sungguh Penemuan spektakuler saat seluruh dunia belum menemukan obat
penyakit mematikan penyakit demam berdarah ini, namun Indonesia berhasil
menemukan Obat Demam berdarah untuk yang pertama kali DI DUNIA.Ketua ITD Unair Prof Dr dr Nasronudin SpPD KPTI FINASIM mengatakan obat herbal DB ini bernama Malaleuca Alternifolia Concentrate (MAC). Nasronudin menerangkan nama obat herbal ini diambil dari nama tumbuhan malaleuca alternifolia yang berasal dari Australia. Tanaman ini, lanjutnya, biasa dijadikan obat tradisional suku Aborigin Australia di wilayah New South Wales untuk mengobati batuk dan demam. “Tanaman ini merupakan tanaman asli Australia yang biasa disebut narrow-leaved tea-tree (pohon teh berdaun kincup). Konsentrat dari daunnya ini yang kami olah untuk menjadi obat Demam Berdarah. Namun bisakah tanaman obat ini dibudidayakan di Indonesia dengan iklim yang kita miliki?
Nasronudin menuturkan obat herbal berbentuk kapsul dan sirup ini sudah melalui uji klinis tahap tiga dan sudah masuk pengujian terakhir di Badan Pengawasan Obat dan MAkanan (BPOM) Pusat untuk nantinya segera diproduksi massal. Dan semoga saja produk ini bisa terus dikembangkan untuk mengobati virus nyamuk aedes terbaru yaitu VIRUS ZIKA.
Obat penyakit demam berdarah(DB) buatan Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) mampu membunuh 96 persen virus DB (dengue virus). Ketua ITD Unair Prof Dr dr Nasronudin SpPD KPTI FINASIM mengatakan, membunuh virus inilah yang membedakan obat Malaleuca Alternifolia Concentrate (MAC) dengan pengobatan DB pada umumnya.
Nasronudin menerangkan selama ini pengobatan DB hanya difokuskan untuk memperkuat imunitas penderita dari virus dengue. Selama ini, lanjutnya, cara pengobatan DB dilakukan untuk meningkatkan jumlah trombosit darah, meningkatkan kekebalan tubuh, dan membunuh nyamuk penyebar (aedes aegypti dan aedes albovictus). “Belum ada upaya riset untuk membunuh virusnya sendiri, Uji lab berkali-kali terhadap hewan (uji klinis 1) dan manusia (uji klinis 2 dan 3) menunjukan ada penurunan jumlah virus sangat signifikan setelah diberikan MAC ini.
Nasronudin mengungkapkan kandungan minyak terpinen yang ada pada daun tumbuhan malaleuca alternifolia asal Australia ini mempu merusak batang tubuh virus dengue. “Kalau di negara aslinya sendiri, tanaman ini hanya dijadikan obat herbal untuk batuk dan deman. Kami bekerjasama dengan Litbang Kemenkes mengembangkan zat terpinen ini untuk DB karena memiliki sifat antiviral (melawan virus).
Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya segera memproduksi obat herbal untuk anti-demam berdarah dengue (DBD), karena penelitian secara klinis sudah memasuki fase III. "Obat herbal untuk demam berdarah menggunakan tanaman Melaleuca Alternifolia yang tumbuh di Australia, karena riset yang didukung Kemenkes itu memang melibatkan peneliti Indonesia-Australia.
Didampingi peneliti senior dari Center for Botanical Medicine, Griffith University Australia, Max Reynolds, dan Kepala Pusat Teknologi Demiologi Klinik Kementerian Kesehatan, Siswanto, ia menjelaskan penelitian bersama itu dilakukan sejak 2006. "Tapi, obat herbal itu merupakan produk kita, namun bahan bakunya akan diimpor dari Australia. Itu bukan berarti akan menggeser kemandirian kita, karena prosesnya akan ada transfer teknologi," katanya di sela-sela simposium tentang DBD itu.
Menurut Nasronudin, metode penelitian dan uji klinis fase III yang menggunakan random double-blind dengan kontrol placebo itu didukung oleh lima rumah sakit dan 15 puskesmas di Jawa Timur dengan target 530 pasien partisipan yang menderita infeksi dengue. Dengue (DENV) adalah flavi virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dengan empat serotype antigen yang berbeda, yakni DEN-1 hingga DEN-4. Semua serotype dengue menginfeksi manusia dan belum ada pengobatan atau vaksin yang tersedia untuk infeksi dengue.
Senada dengan itu, peneliti senior Giffith University, Max Reynolds, menilai temuan obat demam berdarah terbaru oleh Indonesia itu bisa bermanfaat bagi dunia, karena itu Indonesia harus memasarkan untuk dunia. "Australia sudah memakai tanaman Melaleuca Alternifolia untuk bahan baku obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, tapi bukan obat demam berdarah, baru kali ini untuk dengue dan Indonesia berhasil mengembangkannya," ujar Max.
Dalam kesempatan itu, Siswanto mengingatkan temuan Unair itu hendaknya dimintakan persetujuan ke BPOM sebelum dilempar ke pasaran dan dikonsumsi penderita. "Saya yakin temuan ini segera mendapatapprovaldari BPOM karena merujuk bahan baku tanaman Melaleuca Alternifolia yang sudah mendapat paten di Australia, kendati untuk bahan baku obat lain," katanya.
Untuk fase I, penelitian ini melibatkan Universitas Gadjah Mada dan fase II melibatkan Universitas Indonesia. "Riset ini digagas oleh Kementerian Kesehatan dan sepenuhnya didanai pemerintah. Untuk fase III menghabiskan dana Rp 4 miliar," katanya. Penemuan obat demam berdarah pertama kali di dunia ini harus segera di sebar luaskan & di buat hak cipta paten agar Indonesia bisa bangga & bisa memotifasi ilmuan-ilmuan lain.
Namun Ironisnya hingga saat ini Obat Demam berdarah penemuan UNAIR-INDONESIA, sebuah penemuan spektakuler untuk yang pertama kalinya di dunia ini masih diproduksi dalam skala kecil dan belum di sebarkan secara luas di kalangan masyarakat khususnya apotik-apotik dan toko-toko kecil karena belum adanya ijin dari pemerintahan Indonesia. Banyak masyarakat yang masih belum tahu akan keberadaan obat ini, Sungguh sangat disayangkan, seandainya saja Obat Herbal Demam Berdarah tersebut diproduksi dalam skala besar & diedarkan secara luas baik di apotik-apotik maupun toko-toko kecil di kalangan masyarakat selayaknya Oskadon, Paramex, Mixagrip, dll, mungkin masyarakat umum khususnya di Indonesia tidak akan pusing menghadapi penyakit Demam Berdarah, tidak akan menderita hingga harus kerumah sakit, bahkan kesedihan yang mendalam karena kematian akibat terjangkit demam berdarah tidak akan terjadi & tidak akan meningkat di kalangan masyarakat dunia khususnya Indonesia tercinta ini.
Pertanyaanya adalah bila obat anti demam berdarah ini telah ditemukan lalu kenapa kok tidak disebar luaskan agar korban yang meninggal akibat terjangkit demam berdarah tidak semakin bertambah/banyak lagi..?
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik & sopan