Indonesia mengirimkan 200 insinyur lulusan terbaik ke Korea Selatan.
Mereka akan berkerja dengan insinyur Korea untuk membuat dan merakit
pesawat tempur.
“Nanti 200 insinyur kami kirim ke Korea untuk membuat desain bersama pesawat tempur. Tahun 2019 target prototip sudah bisa diluncurkan,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso usai penandatanganan kerjasama pembuatan pesawat tempur di Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta, Jumat (4/12).
Penandatanganan dilakukan pimpinan PT DI dengan Korea Aerospace Industries (KAI) dan disaksikan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu dan Duta Besar Korsel Cho Tai-young.
Budi menjelaskan jenis pesawat tempur yang akan dirakit adalah generasi 4++ . Tipe pesawat itu sudah sesuai dengan kondisi saat ini. Program tersebut berjangka waktu 10 tahun.
Tahun 2019 harus sudah ada prototype yang bisa digunakan sebagai acuan produksi. “Biaya produksi pembuatan pesawat tempur ditanggung 20 persen Indonesia dan 80 persen Korea Selatan,” jelasnya.
Sementara Ryamizard berharap program sepuluh tahun itu bisa membawa Indonesia ke depan lebih mandiri dalam pembuatan pesawat tempur.
Diharapkan dalam 20 tahun ke depan, Indonesia sudah bisa membuat pesawat tempur sendiri. “Sebenarnya kita sudah bisa, biarpun selama ini baru bisa merakit.
Kedepan kita akan bisa membuat sendiri baik kapal selam, pesawat terbang dan pesawat tempur,” tegasnya.
“Nanti 200 insinyur kami kirim ke Korea untuk membuat desain bersama pesawat tempur. Tahun 2019 target prototip sudah bisa diluncurkan,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso usai penandatanganan kerjasama pembuatan pesawat tempur di Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta, Jumat (4/12).
Penandatanganan dilakukan pimpinan PT DI dengan Korea Aerospace Industries (KAI) dan disaksikan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu dan Duta Besar Korsel Cho Tai-young.
Budi menjelaskan jenis pesawat tempur yang akan dirakit adalah generasi 4++ . Tipe pesawat itu sudah sesuai dengan kondisi saat ini. Program tersebut berjangka waktu 10 tahun.
Tahun 2019 harus sudah ada prototype yang bisa digunakan sebagai acuan produksi. “Biaya produksi pembuatan pesawat tempur ditanggung 20 persen Indonesia dan 80 persen Korea Selatan,” jelasnya.
Sementara Ryamizard berharap program sepuluh tahun itu bisa membawa Indonesia ke depan lebih mandiri dalam pembuatan pesawat tempur.
Diharapkan dalam 20 tahun ke depan, Indonesia sudah bisa membuat pesawat tempur sendiri. “Sebenarnya kita sudah bisa, biarpun selama ini baru bisa merakit.
Kedepan kita akan bisa membuat sendiri baik kapal selam, pesawat terbang dan pesawat tempur,” tegasnya.
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik & sopan